Iklan

Wednesday, November 22, 2017

Kanker Serviks, tes dan syarat tes kanker serviks

Semenjak kabar meninggalnya artis Julia Perez alias Jupe karena kanker serviks saya baru menyadari bahaya kanker serviks. Banyak perempuan tidak mengetahui/ tidak peduli bahaya kanker serviks dan melakukan tes/ deteksi dini/ vaksin. Termasuk ibu maupun nenek saya, kerabat, teman dan lainnya tidak pernah menyebut tentang hal ini kepada saya. Penyakit kanker serviks tidak memberikan gejala di stadium awal, dan semakin cepat kanker diketahui maka kanker masih bisa ditangani dan harapan hidup lebih besar. Di Indonesia kanker serviks/ kanker leher rahim merupakan kanker penyebab kematian no.1 bagi perempuan dan jumlah penderitanya menempati urutan kedua setelah kanker payudara.

Virus Human Papiloma (HPV) adalah penyebab kanker serviks yang ditularkan melalui hubungan seksual. Ada 40 tipe virus HPV. Ada subtype 16, 18, 31 dan 45. Tipe 16 dan 18 adalah tipe yang paling berbahaya. Tidak semua infeksi berkembang menjadi kanker. Dengan kekebalan tubuh yang baik, wanita bisa terhindar dari kanker ini. Kanker ini bisa dicegah dengan dilakukan pemeriksaan rutin.

Vaksin HPV merupakan pencegahan kanker paling utama yang memberi perlindungan sebesar 89% dengan lama perlindungan 53bulan/ hampir 5 tahun. Vaksin ini diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi, belum/ akan menikah, pernah/ akan melakukan hubungan seksual. Untuk ibu hamil tidak dianjurkan. Vaksin ini diberikan 3x pada bulan 0, 2 dan 6. Efek samping vaksin ini adalah nyeri sendi, otot, lambung, panggul, mual, muntah, diare dan demam.

Tes untuk mendeteksi kanker serviks ada beberapa macam:
1. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Tes ini dilakukan dengan pemulasan asam asetat 3-5% pada daerah leher serviks. Hasilnya langsung dan hanya berlangsung 5 menit.
2. Tes Pap smear/ tes Pap
tes ini lebih akurat daripada tes IVA namun prosedur lebih rumit dengan mengambil sel serviks lewat usapan pada daerah serviks. Hasil ini akan diperiksa dibawah mikroskop dan dapat disimpulkan dalam waktu 1-2 minggu. Tes ini sebaiknya dilakukan setiap tahun.
3. Tes LBC (Liquid Based Cytology) pemeriksaan sel berbasis cairan
tes ini mirip dengan tes papsmear, hanya lebih akurat 60-80% karena hasil usapan dimasukkan ke dalam botol dengan cairan khusus sehingga tidak ada yang terbuang, lalu diperiksa dibawah mikroskop.

4. Tes HPV DNA Genotyping
tes ini untuk mencari virus HPV beserta sub typenya yang bisa dilakukan bersamaan dengan tes papsmear/ LBC. Pemeriksaan ini diperlukan jika ditemukan ada kelainan. Hasil tes ini akurat sebesar 95%.

Kombinasi tes LBC dan HPV memberi hasil 99,9% akurat.

Pemeriksaan ini sebaiknya 3 tahun setelah hubungan seks pertama kali/ sudah berusia 21tahun. Disarankan perempuan berumur diatas 30 tahun melakukan tes LBC/ HPV.
Setelah itu pemeriksaan rutin perlu dilakukan berdasarkan usia dan hasil pemeriksaan pertama kali.
Jika hasil normal, pemeriksaan bisa dilakukan setiap 3 tahun sekali.

Gaya hidup beresiko tinggi yang bisa menyebabkan kanker serviks adalah:
1. bergonta ganti pasangan hubungan seksual
2. sering melakukan hubungan seks
3. merokok
4. pola makan tidak sehat/ faktor gizi
5. hubungan seksual pertama kali di usia muda
6. banyak melahirkan
7. penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu lama (10 tahun)

Jika pada tes ditemukan lesi prakanker, maka bisa dilakukan bedah cryo (cryosurgery), diatermi, dan terapi laser.

Syarat sebelum melakukan tes/ pemeriksaan:
1. tidak sedang menstruasi (sebaiknya 2 minggu setelah hari pertama menstruasi)
2. tidak melakukan aktivitas seksual 48 jam sebelum tes
3. tidak menggunakan sabun/ cairan pembersih vagina, tampon/ obat suppotoria.

Hasil tes Papsmear dibagi dalam 5 kelas:
Kelas I: normal
Kelas II: proses keradangan
Kelas III: terdapat sel atipik tidak mencurigakan keganasan
Kelas IV: Terdapat sel ganas
NILM: Negative for Intraeppithelial Lesion or Malignancy atau tidak terdapat keganasan/ tidak ada kanker namun terdapat erosi/lecet pada leher rahim yang disebabkan oleh bakteri. Kondisi ini biasanya bisa diobati dengan antibiotik
LSIL: Low grade Squamos Intraepithelial lesion
HSIL: High Grade Squamos Intraepithelial Lesion

No comments:

Post a Comment