Perawatan akar gigi yang mahal karena baru kali ini saya menghabiskan uang yang banyak sekali untuk kesehatan/ kesembuhanku yaitu sebesar 3 juta lebih, bayangkan apa yang bisa kubeli/ kugunakan dengan uang sebesar ini, bagi saya uang sebesar ini besar sekali karena pendapatanku yang pas-pas an. Bisa kugunakan untuk bulan madu, jalan-jalan ke luar negri, benahin rumah, dsb. Biasanya saya jarang sekali sakit, seringnya masuk angin/ sakit perut dan jerawatan. Pernah sakit lainnya namun seperti terkena infeksi, dijahit namun semuanya tergantikan oleh asuransi kecuali biaya ke klinik kecantikan untuk jerawat yang telah saya habiskan sebesar 800 ribu untuk suntik, krem jerawat dan biaya dokter. Sakit lainnya seperti sakit mata, terkena virus yang mengharuskan saya ke rumah sakit untuk periksa biayanya tidak begitu besar, sebesar di bawah 500rb. Entah mengapa saya sangat tidak suka ke dokter meskipun ada asuransi, mungkin karena harus antri, masuk ke ruangan dan diperiksa hanya kira-kira 5 menit saja/ karena kebisingan banyak orang di rumah sakit/ karena kesannya kotor banyak kuman di rumah sakit/ saya takut dengan pak/bu dokter, pokoknya sebisa mungkin secepat mungkin saya keluar dari ruangan dokter/ rumah sakit deh. Untungnya sakit hatiku yang disebabkan sering tersakiti tidak membawaku ke rumah sakit, semoga hatiku semakin kuat dan tegar.
Saya termasuk orang yang sikat gigi 2x sehari bahkan di perjalanan di pesawat/ jarak jauh, saya membawa sikat gigi dan menyempatkan sikat gigi pagi dan malam hari. Saya tidak ingat sudah berapa lama gigi kananku yang belakang di depan gigi gerahamku yang telah dioperasi menjadi cenat cenut. Saya biarkan saja dan berharap akan sembuh dengan sendirinya, sambil tidak menggunakan gigi itu. Kemudian benar rasa sakitnya hilang. Entah kapan suatu saat tiba-tiba gusi di gigiku itu bengkak dan sakit. Dan bengkaknya cukup besar. Tentu saja hal ini tidak bisa saya biarkan/ obati sendiri.
Disini saya sadar saya telah melakukan kesalahan yang sampai sekarang berusaha saya hilangkan/benahi, seperti:
1. gigi saya cenut-cenut saya biarkan dan tidak segera ke dokter
2. saya suka sekali makan panas, kalau makan es/ kunyah es saya ga bisa karena ga tahan giginya.
3. kadang saya makan yang agak keras misal ayam goreng tepung yang keras/ keripik
4. saya suka minum yang manis seperti kopi, es krim dan makan camilan manis
Kembali ke topik sakit gigi, karena saya maunya sembuh namun dengan biaya murah dan kualitas ok, maka saya tidak ke rumah sakit dan tidak ke puskesmas/ poliklinik, saya pergi ke seorang dokter gigi langganan keluarga ipar saya. Kesan pertama memang agak tidak meyakinkan karena suasana tempat praktek sepi meski ada juga pasien, dan juga alatnya sudah agak tua. Saya agak ragu apakah alatnya higienis, juga dokternya agak tua. Namun saya meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Pada kunjungan pertama si dokter menanyakan keluhan saya dan membongkar tambalan gigi saya. O ya gigi saya kondisinya sudah lubang besar dan dalam dan sudah ditambal sewaktu saya kecil. Jaman dulu tidak ada namanya perawatan akar gigi sehingga ketika dokter menanyakan apakah saya sudah pernah melakukan perawatan akar gigi, saya bilang belum pernah. Dan baru kali ini aku mendengarnya. Setelah lobang dibersihkan, ternyata di dalamnya ada nanah lalu gigi saya ditambal sementara dan dikasih obat di dalam gigi. Kunjungan pertama saya membayar 100ribu. Saya diharapkan kembali 1 minggu kemudian.
Ternyata belum seminggu, gigi saya masih bengkak dan sakit, saya tahanin aja kirain harus seminggu. Setelah seminggu, si dokter bilang bahwa semestinya kalau sakit, saya segera ke dokter aja. Pelajaran I: jika ada keluhan/ sakit, segera hubungi/ ke dokter. Di kunjungan kedua: Si dokter berkata bahwa giginya tidak bisa ditambal sementara karena nanahnya tertutup oleh tambalan dan tidak bisa keluar sehingga sakit. Kemudian gigi saya diberi obat lagi didalamnya dan ditutup dengan kapas. Gigi sudah tidak terasa ngilu lagi, kupikir gigiku akan sembuh dan aku lega. Ternyata gigiku masih belum sembuh juga dan masih bengkak. Biaya kunjungan kedua seingat saya gratis.
Di kunjungan ketiga dimulai perawatan akar gigi meski gigi saya bengkak, yaitu ditusuk-tusuk dengan jarum dan meski saya kesakitan, si dokter tetap melanjutkannya. Karena saya merasa hal ini tidak benar, maka saya memaksa untuk pergi ke dokter lain saja untuk mencari second opinion. Hal ini yang memicu pertengkaran suami dengan saya. Pelajaran kedua: kalau sakit dan ga sembuh-sembuh, biaya banyak, pihak yang bersangkutan/ keluarga harus extra sabar dan mendukung.
sambung ke part II
No comments:
Post a Comment